Wednesday, June 14, 2023

Siswa dan Talentanya

Siswa dan Talentanya oleh Rohmiah

Hari ini saya memberikan tugas kepada anak didik saya kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) untuk menuliskan hobi dan potensi mereka dan bagaimana cara mengembangkan hobi dan potensi yang mereka miliki.

Hal ini saya lakukan untuk memberikan kesempatan kepada anak didik agar menemukan sendiri bakat dan minat mereka serta bisa menemukan potensi bawaan, bakat lahiriah, mereka yang berbeda-beda.

Dari hasil kerja siswa yang saya kumpulkan maka saya menemukan beberapa hal:
1. Mereka ingin mengembangkan  hobi mereka sebagai hobi yang kemudian hari bisa menjadi penghasilan.
Contoh: 
* Ada beberapa anak yang punya kegemaran berenang, lari dan sepak bola. Mereka ingin menjadi atlet renang, sepak bola, dan lari bahkan ingin mengharumkan nama bangsa dengan menjadi juara piala dunia.
* Ada beberapa anak yang suka menulis, mereka ingin menjadi seorang penulis terkenal. Karena dengan menulis mereka senang dan bahagia, punya kegiatan yang selain mengasah kemampuan juga ingin menerbitkan buku.
* Ada beberapa anak yang suka menulis jurnal versi mereka. Kalau saya lihat itu adalah desain grafis. Mereka menggambar berbagai hal tentang kegiatan  mereka yang ditulis dalam jurnal harian.
2. Mereka ingin mengembangkan hobi mereka karena rasa sosial yang mereka miliki. Mereka melihat orang-orang di sekitar yang mereka kagumi.
Contoh : 
* Ada yang ingin jadi dokter, karena orang tua saya perawat dan ketika dia ikut ke rumah sakit dia kagum terhadap dokter yang begitu telaten dan berwibawa memeriksa dan mengobati pasien.
*Ada beberapa anak yang ingin jadi guru, karena mereka ingin seperti guru mereka yang mendidik dan mengajar anak-anak, menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
* Ada beberapa siswa yang ingin menjadi psikolog, karena mereka melihat keluarga mereka yang dibawa ke psikiater dan di terapi. Mereka merasa kasihan terhadap keluarganya dan ingin menolong dengan menjadi psikolog sehingga keluarga tidak perlu jauh-jauh berobat.
3. Ada siswa yang hobi membaca karena dia merasa dengan membaca semua hal yang diketahuinya akan terbuka. Dia sadar membaca yang membosankan bagi orang lain. Tapi baginya membaca adalah hal yang menyenangkan bagi dia yang pendiam dan pemalu.
3. Ada siswa yang ikut-ikutan, tidak tau apa hobinya, tidak tau mau jadi apa. Ini yang perlu di dorong terus agar dia merasa dirinya dibutuhkan di masyarakat.

Demikian beberapa hal mengenai siswa saya ketika mereka menceritakan hobi mereka. Saya ingin anak didik saya tumbuh menjadi manusia-manusia versi terbaik bagi dirinya, keluarganya dan umat manusia lainnya sehingga anak yang tidak mampu matematika, bahasa, sains dan lain sebagainya tetap punya kesempatan untuk berkembang.

***
Seorang guru Madrasah Ibtidaiyah Nur Rahman Martapura, juga sebagai anggota LTN NU Banjar, reporter di Albanjari.com.

Belajar Berenang

Cerpen 

Belajar Berenang

"Yah, ajari Mina Berenang donk," aku merengek minta ayah mengajariku berenang. Aku adalah seorang gadis berumur 6 tahun, tinggal di bantaran sungai Martapura.
Kemudian ku lihat ayah pergi ke sungai membawa gerigen besar dan mengikat tali pada pegangan gerigen tersebut.
"Ayo!," ayah melambaikan tangannya agar aku mengikutinya ke sungai itu. Senyumku merekah dan dengan senang hati mengikuti ayah ke sungai menuruni anak tangga setengah berlari agar cepat sampai ke sungai.
"Hati-hati, tidak perlu lari, masih ditunggu loh ini," 
Sampai di sungai, ku lihat air lumayan dalam, sejuk dan dingin ku rasakan ketika kaki baru masuk ke dalam air, pohon-pohon tumbuh di sepanjang sungai, angin sepoi-sepoi bertiup, pohon bergoyang-goyang karenanya. 
"Pegang gerigen ini, jangan sampai lepas," sembari menyerahkan gerigen ke arah ku.
Aku manut dan mulai memegang gerigen. Kemudian ayah mengajak pergi agak ketengah dengan 1 gerigen lain di tangannya. Kulihat ayah mulai maju kedepan dan menggerakkan kakinya agar terus maju.
Awalnya aku kesulitan, namun ku terus berusaha dan pada akhirnya mulai bisa menggerakkan kakiku dan sedikit-sedikit mulai bergerak maju.
"Ayah, ku bisa lepas satu tanganku dari gerigen," disela-sela riak air yang kami ciptakan aku berteriak agar ayah mendengarku.
"Ingat, jangan lepas kedua tangan ya," sekali lagi ku dengar kalimat itu ayah ucapkan. 
Ku coba lepas tanganku dari gerigen, ku injak tanah berdiri, air sampai leher. Penasaran aku pergi ketengah dan kaget, ternyata aku masih bisa berdiri walaupun air sudah ada di atas kepalaku. Aku bernafas seperti biasa, dan masih mendengar ayah berteriak memanggil namaku. Ku dengar ada mesin kapal dari jauh dan sepertinya akan lewat. Ku coba meraih tongkat bambu agak ditengah, berkilau dengan warna keemasan sebagai pegangan, namun ternyata tidak bisa, karena tongkatnya semakin menjauh. Ku coba bertahan tidak berjalan, namun kakiku berjalan sendiri tanpa bisa ku kendalikan. Aku panik, berteriak tidak bisa. Tiba-tiba ada yang mengangkat tubuhku dari air.

***
Penulis : Rohmiah adalah anggota LTN NU Banjar
Pengajar di Mis Nur Rahman

Tuesday, June 13, 2023

Haliza, Siswa Disleksia

Haliza, Siswa Disleksia

Ku dengar penjelasan orangtuamu, bahwa kamu sudah beberapa kali pindah sekolah karena selain orang tuamu pindah tugas juga karena berapa kali kamu tidak naik kelas.

Bermula dari kamu TK Paud dari umur 3 tahun sampai 6 tahun lebih kemudian kamu masuk SD dekat rumahmu tahun berikutnya pindah karena mengikuti orang tua namun kembali di kelas 1 lagi.  Tidak naik kelas lagi karena kamu dinyatakan tidak mampu mengikuti pelajaran di kelas 1. Kamu mengalami keterlambatan membaca, menulis dan berhitung.

Sekarang umurmu sudah mencapai 9 tahun. Mestinya sudah kelas 3 SD. Namun lagi-lagi kamu duduk di kelas 1. Kamu bercerita sering dimarahi gurumu, sering dimarahi orang tua dan dibully teman-teman karena tidak lancar baca tulis serta tidak bisa berhitung.

Kamu sering mendengar beberapa guru membicarakanmu, kamu juga sering mendengar teman-temanmu membicarakanmu, namun kamu tetap semangat untuk tetap belajar dan mengikuti kegiatan setiap hari. Kamu anak paling rajin. Daftar hadir gurumu hampir tak ada alfa namamu.

"Bagaimana perasaanmu saat sekolah di sini?" Aku bertanya sebagai wali kelas baru yang menggantikan wali kelas terdahulu karena pindah tugas. Kamu hanya tersenyum. Kemudian lari keluar karena waktunya istirahat.

"Apa kamu senang sekolah di sini?" aku mengikuti langkahnya sampai teras, terlihat teman lain jajan di kantin sekolah.

Lagi-lagi kamu tersenyum dan menunjukkan sejumlah uang padaku. Rupanya mau jajan seperti punya teman-temanmu. Aku mengangguk dan mempersilakan kamu untuk jajan.

***
"Haliza" aku mendengar ibu guru menyebut namaku, nama yang tertulis di daftar hadir guru.
"Ada," aku tunjuk tangan.

"Waktu belajar kita ada 4 bulan lagi sebelum Penilaian Akhir Semester (PAS). Ada beberapa siswa yang masih ketinggalan dan lambat. Bagaimana kalau setiap hari kita kejar ketinggalan dan belajar tambahan?" dari sekian banyak guru yang menemaniku belajar, aku suka guruku ini.

Dia mengerti ketidakmampuanku membedakan huruf-huruf yang dalam penglihatanku seperti menari-nari sehingga tidak jelas bentuknya. Aku tidak punya kekuatan menulis, tanganku lemah, tulisan ku hancur, mereka bilang seperti "cakar ayam" aku tidak mampu membedakan angka yang disebut teman-temanku.

Ketika aku membaca, huruf-huruf pada tulisan yang kubaca bergerak-gerak seperti menari. Kemudian aku merasa  pusing, sakit kepala, atau sakit perut saat membaca. Aku juga kesulitan dalam membedakan huruf sehingga tertukar tukar, misal d tertukar b, q tertukar p, w tertukar m, z tertukar s. Aku pun jadi sulit memposisikan letak huruf pada sebuah kata atau kalimat, seperti bali menjadi bail, air menjadi ari, dan sebagainya.

Oleh karena itu aku sering dicap malas, bodoh, ceroboh, tidak mau berusaha atau anak bermasalah. Kurasa aku tak seburuk itu. Aku senang membaca dalam hati karena lebih mudah menurutku, tidak memakan waktu. Apabila aku membaca  bi pintu. Aku sadar bahwa itu huruf "d" (di pintu). Maka segera aku betulkan bacaanku.

Dengan bimbingan guruku, aku mulai lancar membaca dan mencari jalan keluar atas ketidakmampuanku membaca dan terus latihan dengan kartu huruf dan kartu angka bergambar. Serta beberapa permainan yang membuatku mampu mengingat dan mudah memahami.

Salah satu permainan yang ku suka adalah lompat tangga. Untuk mengingat penjumlahan dan pengurangan. Tangga itu telah ditulis angka setiap 1 tangganya. Sehingga apabila naik berarti penjumlahan dan apabila turun berarti pengurangan.

***
Aku memandang semua siswa dan orangtua siswa yang hadir pada hari ini dengan senyum bangga atas hasil pencapaian siswa dan siswi kelas 1 tahun ini.

Tercermin bahagianya mereka tatkala menerima raport di tangan dan membaca hasil belajar siswa.

Tak terkecuali kamu dan orangtuamu, Haliza, kamu berhasil. Berhasil mengalahkan dirimu sendiri, menemukan cara bagaimana mencari penyelesaian atas huruf dan angka yang menari-nari dan membuat pusing kepalamu.

Guru Bergerak Indonesia Maju. Benarkah?

Rohmiah
Guru bergerak Indonesia maju. Benarkah?

Sedang ramai diperbincangkan #guru bergerak Indonesia maju, sebelumnya coba tengok hampir di semua sekolah, maka kamu akan mendapati meja guru yang berisi tumpukan administrasi yang menjadi beban guru, tidak jarang harus dibawa pulang, waktu libur guru tersita hanya untuk mengerjakan administrasi, waktu yang seharusnya digunakan untuk me time dengan keluarga atau liburan harus rela digunakan untuk mengerjakan administrasi sekolah.

Waktu yang harusnya digunakan untuk memberikan bimbingan kepada siswa dirampas, waktu yang harusnya digunakan untuk penelitian terlupakan, waktu yang harusnya digunakan untuk kolaborasi sesama guru tersisa hanya lelah menyelesaikan tumpukan tugas dan beban yang seabrek.

Lalu bagaimana dengan kesejahteraan guru? Adakah yang memperhatikan?

Masih banyak guru honor yang digaji dibawah dari pekerja kuli, sedangkan  beban serta tugasnya menumpuk.
Masih banyak yang menyuarakan haknya namun di hakimi sebagai guru yang tak bersyukur. Masih banyak sekolah yang belum ada sosialisasi kurikulum baru, namun dipaksa untuk melaksanakannya. 

Adakah yang memperhatikan?

Rasanya tidak adil jika yang peduli pada pendidikan generasi dan bangsa hanya dibebankan pada guru saja.

Dimana para orangtua yang hanya antar dan jemput? Pernahkah membeli buku berisi parenting?

Dimana para pemilik stasiun televisi? Berapa persen tontonan yang berisi edukasi?

Dimana pemerintah yang memiliki wewenang kebijakan pendidikan? Sudah benarkah kebijakan tersebut?
Sudah sejahtera kah semua pendidik bangsa ini? Adakah aplikasi yang sat set, guru tinggal isi jurnal tidak harus administrasi yang menjelimet?

Dimana para wakil rakyat? Sudahkah menyuarakan hak-hak guru? 

Dimana para pengusaha dan masyarakat? Sudahkah memberikan dukungan dan sumbangsihnya untuk pendidikan anak bangsa?

Mampukah guru bergerak maju?


Monday, July 8, 2019

Berjuang Dibidang Pendidikan

Salah satu Madrasah yang ada di Martapura, Kab. Banjar. Provinsis Kaimantan SelatanAdalah hasil usaha dengan perjuangan yang tidak mudah.
Dimulai dari perkumpulan 30 Mahasiswa dan Mahasiswi yang berasal dari sebuah pergururan tinggi Islam yang dibimbing oleh Dosen yang luar biasa didukung oleh Ketua Perguruan tinggi dan Dosen dosen tempat para mahasiswa (i) tersebut menempuh pendidikan tinggi.
Selama 6 bulan dibimbing, dibina dan di tuntun untuk bisa turun kelapangan langsung, dengan motto "maju resiko, diam resiko, dan mundur resiko", dengan kesamaan visi dan misi maka berdirilah sebuah madrasah yang selama 10 tahun terakhir sudah tidak berfungsi, dijadikanlah tempat itu sebagai tempat untuk masyarakat sekitar menutut ilmu dan melanjutkan pendidikan.
alhamdulillah apresiasi dari pejabat dan tokoh masyarakat sangat tinggi, terbukti dengan diserahkannya bangunan dan pengelolaan sekolah kepada Dosen dan mahasiswa.
Demikian juga dengan penduduk sekitar berbondong-bondong menyekolahkan anak nya ke madrasah, terbukti dengan diterima siswa baru sebanyak 2 kelas untuk kelas 1 Madrasah.
Berikutnya pun siswa dan siswi yang bersekolah juga bertambah banyak, dan beberapa dari mahasiswa (i) menadapat tempat bekerja di daerah luar menjadi PNS dan ada juga yang mengabdi di daerah yang dekat dengan tempat tinggalnya.
Sampai saat ini dari 30 mahasiswa (i) tersebut masih ada yang tinggal hingga 7 orang.
Setelah beberapa tahun maka madrasah pun di akteditasi B, Pada tahun 2019 ini madrasah terdiri dari 18 rombel yang terdiri dari kelas 1,2 3,4,5,dan 6 a,b,dan c. Dengan jumlah siswa lebih dari 300 orang, dan jumlah guru yang bersertifikat 7 orang dan pegawai negeri 2 orang.
Madrasah yang dirintis dari awal ini adalah amal jariah untuk Pembina mahasiswa(i), yang sudah menghadap Robb. Semoga beliau mendapat rahmat dan ampunan Allah.


Monday, July 16, 2018

Bismillah

                        Bangun pagi
Tiap hari aku bangun pagi
Melipat selimut dengan rapi
Terus mandi dan gosok gigi
Sholat subuh tidak lupa lagi

Sholat subuh  dua rokaatnya
Sholat magrib tiga rokaatnya
Zuhur asar dan isa empat rokaatnya

Monday, June 4, 2018

GMPP

Diawali dengan keinginan dan tujuan yang sama mendukung pemerintah mensukseskan pendidikan ( wajib belajar sembilan tahun), selain itu menyediakan fasilitas untuk masyarakat yang kurang mampu, mengasah kemampuan dalam berkarya, membuat lapangan kerja sendiri, dan sebagai wadah untuk bersama sama membuat perubahan dan minsed masyarakat bahwa lembaga perkuliahan kami termasuk perkuliahan yang dapat diperhitungkan di daerah kami.

Siswa dan Talentanya

Siswa dan Talentanya  oleh Rohmiah Hari ini saya memberikan tugas kepada anak didik saya kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah (setingkat ...